Campursari Blitarian. Blog ini dibangun untuk berbagi ilmu, berita sekaligus ajang sambung rasa mengenai dunia musik campursari. Blog ini kami persembahkan kepada para pecinta musik campursari di seluruh dunia, untuk yang tua dan yang muda. Mari kita angkat nilai dan pamor musik campursari di mata dunia.

Jumat, 25 April 2014

Sejarah Musik Campursari

Sejarah Musik CampursariSejarah Musik Campursari, untuk saat ini mungkin hanya segelintir orang yang mengetahui jenis musik tradisional salah satunya adalah musik Campursari. Untuk kaum anak muda sepertinya bukan sesuatu hal yang disebut “GAUL” apabila menyukai musik tradisional atau musik khas di Indonesia. Mungkin lebih gaul lagi apabila sebaiknya kita semuanya terutama kaum muda mengenal musik khas atau musik tradisional indonesia. Seperti yang akan kita bahas sekarang, tentang sejarah musik campursari. Oke disimak sob.

Sejarah Musik Campursari

Sejarah musik campursari kita awali dari masyarakat jawa yang sudah mengenal bentuk kesenian kurang lebih 2000-1000 tahun sebelum masehi, yang merupakan akhir dari zaman mezolitikum. Dan apabila kita berbicara tentang kesenian dari jawa, tentu banyak jenisnya. Seperti halnya seni tari, seni musik dan yang lainnya. Salah seorang musikologis asal belanda yang terkenal bernama Jaap Kunst, mengumpulkan bahan untuk karyanya yang mendalam mengenai musik jawa selama akhir tahun 1910 dan 1920-an. Di tahun 1934 ia pulang ke negeri belanda dan menerbitkan dua jilid buku mengenai teori dan teknik musik jawa. Salah satu musik yang berasal dari daerah Jawa adalah musik Campursari. Musik ini merupakan karya anak bangsa. Campursari sempat menundang pro dan kontra dari berbagai kalangan. Ada yang berpendapat bahwa musik campursari dapat merusak tradisi, namun di lain sisi berpendapat bahwa inovasi dalam musik campursari sangat diperlukan agar dapat diterima oleh bebagai kalangan, baik di Indonesia maupun juga dalam tingkat mancanegara.
Sejarah musik campursari berlanjut, campursari berasal dari dua kata yaitu campur dan sari, campur berarti berbaurnya instrumen musik baik dari alat musik tradisional maupun alat musik modern, sedangkan sari dapat berarti eksperimen yang menghasilkan jenis irama yang lain daripada yang lain. Istilah campursari sendiri dikenal di awal tahun 1970-an, saat itu RRI stasiun Surabaya memperkenalkan acara baru, yaitu lagu-lagu yang diiringi oleh alat musik berskala pentatonis dan diatonis. Campursari merupakan salah satu bentuk kesenian jawa dari perkawinan antara musik modern dengan musik etnik. Dalam sejarah musik campusari, musik ini berangkat dari musik keroncong asli langgam, musik campursari masih menggunakan dasar-dasar keroncong. Ada yang cenderung ke musik karawitan dan ada juga yang cenderung ke musik keroncong. Musik campursari pada awalnya dipopulerkan oleh Ki Nartosabdho yang bernama asli Sunarto. Di tahun 1945, Sunarto berkenalan dengan Ki Sastrosabdho, lewat Ki Sastrosabdho, Sunarto mengenal dunia pewayangan. Sunarto kemudian di anugerahi nama belakang Ki Sastrosabdho, yaitu Ki Nartossabdho. Ki Nartosabdho merupakan pembaharu dalam dunia pedalangan di tahun 80-an, ia menggabungkan musik modern dengan musik gamelan sehingga menghasilkan harmoni dengan nuansa tradisi Jawa, namun hal tersebut memicu timbulnya kontroversi.

Sejarah Musik Campursari era Modern

Sejarah musik campursari berlanjut ke era modern, yang dipelopori oleh Manthous yang mempunyai nama asli Anto Sugiyarto. Ia lahir di desa Playen, kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta di tahun 1950. Di tahun 1993 Manthous mendirikan grup musik campursari “Maju Lancar”. Ia mencoba untuk menggabungkan alat musik tradisional jawa klasik seperti kendang, gong dan gender, dengan alat musik keroncong seperti ukulele, cak dan cuk, seruling, bass betot dan alat musik lainnya. Manthous mengawali kesuksesannya dengan munculnya album Campursari Gunung Kidul. Manthous juga pernah mendapatkan berbagai penghargaan, seperti “seniman Inovatif” di tahun 1996 dari PWI cabang Yogyakarta, kemudian Manthous juga pernah mndapatkan penghargaan dalam ajang Panasonic Award dan Ami Sharp Award. Penghargaan terakhirnya ia peroleh di tahun 2001 untuk kategori Artis Tradisional Kontemporer Terbaik serta Album Tradisional Kontemporer Terlaris. Manthous juga pernah menciptakan beberapa lagu yang cukup sukses di pasaran, seperti lagu Kangen yang dibawakan oleh Evie Tamala, Gethuk yang dibawakan oleh Nur Afni Oktavia, dan juga lagu Mbah Dukun yang dinyanyikan oleh Nomo Koeswoyo.
Selain Manthous dalam sejarah musik campursari ada juga nama Didi Kempot yang memiliki nama asli Didi Prasetyo yang lahir di solo tahun 1966. Bersama saudaranya Didi menciptakan lagu seperti Terminal Tirtonadi, Stasiun Balapan, Cucak Rowo dan sebagainya. Pada awalnya lagu-lagu didi tidak mendapatkan respon dari bebagai pihak karena mengusung musik campursari yang berbeda dengan artis campursari seperti Manthous. Namun, pada akhirnya lagu-lagu campursari Didi tidak hanya terkenal di Indonesia melainkan sampai ke Belanda dan Suriname, dan Didi pun menjadi salah satu ikon musik Campursari.

Musik Campursari dan Tradisi

Lalu bagaimana hubungan antara musik campursari dengan tradisi? Dalam sejarah musik campursari, musik campursari merupakan perpaduan antara sebuah tradisi dan inovasi. Pernyataan ini dilihat dari pandangan tradisi, bahwa musik campursari menggunakan alat musik tradisional seperti gamelan dan lain sebagainya, kemudian lirik yang digunakan dalam musik campursari menggunakan bahasa daerah Jawa dan terkadang dapat kita lihat para penyanyinya masih menggunakan pakaian daerah. Dan dari sudut pandang inovasi, terlihat bahwa perpaduan penggunaan alat musik tradisional dengan alat musik modern seperti Keyboard, gitar, bass elektrik dan lain sebagainya menghasilkan satu buah inovasi yang baru. Sehingga bisa dikatakan musik campursari memliki aliran yang khas, yaitu perpaduan antara tradisi dan inovasi.
Dan perlu kita ingat, musik campursari merupakan salah satu aset budaya negara Indonesia, musik campursari memang pernah mengalami kejayaan, namun kini musik campursari memang sedikit dilupakan karena kepopuleran musik modern. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, terutama untuk kaum muda jadi tidak ada salahnya kita menjaga dan melestarikan budaya warisan nenek moyang kita, salah satunya adalah musik campursari.
Sumber: http://www.ipangrock.com/sejarah-musik-campursari.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar