Campursari Blitarian. Blog ini dibangun untuk berbagi ilmu, berita sekaligus ajang sambung rasa mengenai dunia musik campursari. Blog ini kami persembahkan kepada para pecinta musik campursari di seluruh dunia, untuk yang tua dan yang muda. Mari kita angkat nilai dan pamor musik campursari di mata dunia.

Jumat, 18 April 2014

Rela Patungan Hingga Ratusan Juta Demi Campursari


Rela Patungan Hingga Ratusan Juta Demi Campursari
Kabupaten Gunungkidul memiliki kesenian campursari yang dipopulerkan oleh Manthous sejak puluhan tahun silam. Kenyataan saat ini, kesenian kolaborasi antara gamelan dan alat musik modern itu kini mulai bergeser dari aslinya. Merasakan pergeseran itu, para perantau Gunungkidul rela patungan hingga ratusan juta demi mengembalikan campursari seperti aslinya.
Disadari atau tidak, banyak penggemar campursari baik dari kalangan masyarakat pedesaan maupun perkotaan merasa rindu akan campursari seperti diera Manthous yang lebih nyaman didengar telinga. Bahkan sebagian dari mereka saat ini mengaku sudah jenuh dengan hadirnya lagu campursari yang bersyair seronok dan berubah haluan cenderung menjadi musik dangdut.
Berkaca dari semua itu, beberapa perantau asal Gunungkidul pada kesempatan pulang kampung ini berupaya melestarikan campursari yang terwadahi dalam grup Tresno Asih sekaligus memberikan hiburan segar kepada warga di Balai Padukuhan Serpeng, Pacarejo, Kecamatan Semanu, Senin (30/12/2013). Kesenian campursari yang ditampilkan kali ini sesuai performa aslinya baik dalam segi lirik, tempo maupun makna syairnya.
Salah satu perantau Jakarta asal Gunungkidul, Wiwin Gunanto menyatakan, keberadaan campursari di Gunungkidul akhir-akhir ini mulai bergeser dari konsep aslinya atau sudah melenceng dibanding zaman Manthous dulu. Karena enak didengar, campursari Manthous dulu meledak hebat tidak hanya di Jawa, bahkan merata di Nusantara.
"Saat ini kami merasa prihatin melihat kenyataan pudarnya campursari karena jauh bergeser dari aslinya. Oleh karena itu meski harus patungan dana, kami berusaha mengobati rindu para penggemar dengan menyajikan campursari berisi tembang-tembang langgam. Jenis itu diakui atau tidak, sekarang sudah mulai jarang diminati masyarakat pada umumnya," paparnya.
Bahkan tidak tanggung-tanggung, untuk menghidupkan kembali campursari langgam, ada 5 orang warga perantau patungan dana hingga ratusan juta rupiah demi mengorbitkan tembang - tembang langgam baru hingga ke dapur rekaman. Beberapa penyanyi lokal Gunungkidul seperti Gatot Sujarno, Subur Lestari, dan Endang Safitri turut digandeng.
Ditambahkan tokoh perantau lainnya, Jumakir, musik campursari langgam masih sangat digemari oleh warga, termasuk juga para perantau yang berada di berbagai kota di Indonesia. Karena sudah menjadi salah satu Icon Kabupaten Gunungkidul, sehingga keberadaan campursari sudah sepatutnya dilestarikan dan diwariskan  kepada anak cucu.
"Kebanyakan campursari yang ada sekarang hanya sekedar label saja. Artinya, ketika pentas yang dominan justru bukan kesenian campursarinya, melainkan dangdut atau aliran musik lainnya. Ini yang sangat kita sayangkan," pungkasnya.

Sumber: http://www.sorotgunungkidul.com/berita-gunungkidul-4344-rela-patungan-hingga-ratusan-juta-demi-campursari.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar